Sepiring nasi, sederhana namun berarti. Datang dari ladang hijau lalu melewati tangan-tangan petani, ibu-ibu, bapak hingga koki, menuju meja makan megah. Tapi tak semua perjalanan berakhir di perut manusia, ada kalanya, makanan berakhir di tempat yang gelap dan bau, yaitu tong sampah. Kalau dilihat, makanan terbuang itu sayang ya. Mengapa makanan yang masih layak harus dibuang? sementara ditempat lain ada begitu banyak perut yang kosong menunggu sedikit kasih.
Kevin Gani dan Garda Pangan, Menyelamatkan Bumi Lewat Sepiring Harapan
Di tengah hiruk pikuk lalu lalang kota Surabaya yang modern, seorang pemuda bernama Kevin Gani menyalakan harapan baru tentang bagaimana kita memperlakukan makanan. Lulusan Universitas Kristen Petra ini bukan hanya berbicara soal makanan lezat atau gaya hidup sehat, melainkan tentang makanan yang seharusnya tidak terbuang, dan bagaimana “sisa makanan” itu bisa mengubah hidup seseorang. Melalui Garda Pangan, Kevin memimpin sebuah gerakan sosial yang menyatukan kepedulian lingkungan dan kemanusiaan.
Keresahan Menuju Gebrakan Nyata
Ide Garda Pangan lahir dari rasa resah seorang Kevin, bagaimana Ia menyaksikan ironi yang sering kali luput dari perhatian masyarakat: di satu sisi. Banyak orang masih menderita kelaparan dan di sisi lain, restoran, hotel, dan event acara besar membuang makanan layak konsumsi setiap hari. Dari sinilah ia menemukan misi hidupnya untuk mengurangi sampah makanan dan memperjuangkan kesetaraan akses pangan.
Bersama beberapa teman sevisinya, Kevin mendirikan Garda Pangan sebagai social enterprise di Surabaya. Fokus utama mereka adalah menyelamatkan makanan layak konsumsi yang tersisa dari berbagai sumber seperti: hotel, katering, toko roti, dan supermarket untuk kemudian didaur ulang dan didistribusikan kepada mereka yang membutuhkan. Adapun tempat-tempat pendistribusian itu adalah, panti asuhan, panti jompo, dan keluarga prasejahtera.
Dari Makanan Sisa Jadi Berkah
Cara kerja Garda Pangan dengan sistem yang rapi. Relawan mereka menjemput makanan yang masih aman dikonsumsi, memeriksa kelayakan, lalu mengemas ulang dengan higienis tentunya sebelum disalurkan. Dalam sehari, bisa ada ratusan porsi makanan terselamatkan. Tidak hanya mengurangi beban sampah organik, tapi juga memberi senyum kepada banyak perut lapar di Surabaya dan sekitarnya.
“Bayangkan, setiap roti yang hampir dibuang ternyata bisa menjadi sarapan bagi anak-anak yang berangkat sekolah tanpa makan,” ujar Kevin dalam salah satu wawancaranya. Kalimat sederhana itu menjadi cerminan semangat Garda Pangan mengubah makanan sisa menjadi kesempatan.
Menjaga Bumi di Mulai dari Dapur Kita
Melebihi hanya dari sekadar aksi sosial, Garda Pangan juga menyentuh aspek lingkungan yang lebih luas. Data yang mereka kumpulkan menunjukkan bahwa sisa makanan menyumbang signifikan terhadap emisi karbon dan gas metana, terutama dari timbunan organik di tempat pembuangan akhir. Dengan menyelamatkan ribuan kilogram makanan setiap bulan, Garda Pangan membantu mengurangi jejak karbon yang dihasilkan dari limbah makanan.
![]() |
Kevin Gani menerima penghargaan, dok YouTube Astra Awards |
Kevin menyadari bahwa, perubahan besar dimulai dari kesadaran kecil. Karena itu, Garda Pangan juga aktif dalam edukasi publik. Mereka mengadakan lokakarya, kampanye media sosial, hingga kolaborasi dengan sekolah dan komunitas untuk mengajarkan cara sederhana mengurangi sampah makanan: mengambil porsi secukupnya, memanfaatkan kembali bahan sisa, dan mengelola stok rumah tangga dengan bijak.
Inovasi Sosial yang Berkelanjutan
Sebagai social enterprise, Garda Pangan tidak hanya bergantung pada donasi. Mereka mengembangkan berbagai program berkelanjutan, seperti kompos dari sisa makanan tak layak konsumsi, serta kolaborasi dengan UMKM lokal untuk mengolah bahan sisa menjadi produk bernilai jual seperti: keripik sayur, pupuk organik, dan makanan olahan kering.
Teknik bisnis seperti ini, membuat Garda Pangan menjadi contoh ideal dari ekonomi sirkular berbasis empati: di mana setiap elemen masyarakat bisa berperan dalam rantai solusi, bukan sekadar jadi penonton.
Menginspirasi Generasi Muda
Kisah Kevin Gani tidak hanya menginspirasi masyarakat luas, tetapi juga generasi muda yang ingin berbuat sesuatu untuk bumi. Ia membuktikan bahwa kepedulian tidak harus dimulai dari sesuatu yang besar. “Kita tidak perlu menunggu punya segalanya untuk membantu orang lain,” ungkap Kevin. “Kita hanya perlu kemauan untuk peduli dan bertindak.”
Dedikasinya membuat Kevin terpilih sebagai salah satu penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2024 bidang Lingkungan. Penghargaan ini diberikan Astra kepada anak muda Indonesia yang memberikan dampak nyata di bidangnya masing-masing. Kevin menjadi simbol bahwa inovasi dan kepedulian bisa berjalan berdampingan untuk membangun masa depan yang lebih lestari.
Sepiring Harapan untuk Indonesia
Kini, Garda Pangan telah tumbuh menjadi gerakan sosial yang dikenal luas. Mereka bekerja sama dengan berbagai pihak, mulai dari pemerintah daerah, pelaku bisnis, hingga komunitas relawan untuk memperluas jangkauan dan dampak. Lebih dari ratusan ton makanan telah terselamatkan, dan ribuan penerima manfaat merasakan langsung hasil kerja keras ini.
Namun bagi Kevin, pencapaian itu bukanlah garis akhir. Ia melihatnya sebagai awal dari perjalanan panjang menuju Indonesia tanpa kelaparan dan tanpa limbah makanan. Ia berharap lebih banyak kota bisa meniru model Garda Pangan, membangun sistem distribusi makanan yang efisien dan berkeadilan.
“Bumi tidak butuh lebih banyak orang sukses,” ujarnya suatu kali, “tapi butuh lebih banyak orang peduli.”
Pada tangan seorang pemuda dari Jawa Timur bernama Kevin Gani, kepedulian itu telah menjelma menjadi gerakan. Sebuah gerakan yang membuktikan: menyelamatkan bumi bisa dimulai dari sepiring makanan, dari hati yang tidak rela melihat yang layak terbuang sia-sia.
Komentar
Posting Komentar